Rabu, 22 Februari 2017

Apakah Semua Perusahaan Butuh Software Akuntansi?

Delapan belas tahun yang lalu saat saya memutuskan untuk berhenti bekerja dan memulai bisnis baru, yaitu membangun perusahaan software yang mengembangkan software akuntansi, saya percaya bahwa semua perusahaan WAJIB menggunakan software akuntansi.

Apakah kepercayaan itu masih tetap sama?

Tulisan ini akan membahas beberapa argumentasi mengenai hal itu.

Perusahaan di Indonesia mempunyai ukuran perusahaan yang sangat besar perbedaannya. Satu orang wirausahawan yang membuka toko sudah bisa disebut sebagai perusahaan.
Supaya kita bisa memiliki definisi yang sama, mari kita mengacu ke UU No.20 tahun 2008 yang membahas mengenai UMKM.


  1. Usaha Mikro memiliki aset bersih maksimal 50 juta atau penjualan maksimal 300 juta/tahun.
  2. Usaha Kecil adalah aset antara 50-500 juta atau penjualan 300 jt s/d 2,5 M/tahun.
  3. Usaha Menengah adalah aset antara 500 jt s/d 10 M atau penjualan antara 2,5 s/d 50 M.
  4. Usaha Besar adalah di atas definisi Usaha Menengah.
Dengan pengalaman 18 tahun berjualan software akuntansi, saya harus jujur mengatakan bahwa usaha Mikro belum cocok untuk menggunakan software akuntansi. Dengan penjualan maksimal 25 juta per bulan, hanya cukup untuk menghidupi diri sendiri dan sedikit karyawan. 
Saran saya, gunakan saja dulu aplikasi spread sheet seperti Excel atau google sheet.
Catat transaksi-transaksi penting seperti pembelian, penjualan & biaya.

Bila perusahaan sudah bertumbuh menjadi Usaha Kecil, itu berarti bisnis Anda mulai bertumbuh. Seiring dengan pertumbuhan bisnis Anda, pastinya masalah juga mulai ikut bertumbuh. Masalah mulai muncul di sana-sini. Anda mulai putar-putar di semua aspek bisnis Anda untuk memastikan segala sesuatunya berjalan dengan baik.
Di situasi ini, software spread sheet sudah tidak cukup.
Berikut saran saya bagi Usaha Kecil:
  1. Sambil pakai spread sheet, mulai cari-cari software akuntansi yang cocok. Sampai 1 titik Anda pasti akan menyerah pakai spread sheet. Jadi, sebelum Anda pecah, lebih baik mulai cari-cari.
  2. Carilah software akuntansi yang sederhana dan mudah dipakai. Kemungkinan besar Anda yang akan input datanya sendiri ke software tersebut, jadi kemudahan pakai dan fleksibilitas software adalah faktor penting yang harus Anda perhatikan.
  3. Cari software yang gratisan, kalau bisa, atau yang murah. Perusahaan Anda sedang membutuhkan banyak uang untuk berkembang. Jadi Anda jangan menghabiskan terlalu banyak uang untuk membeli software yang 'bisa hidup tanpa dia'.
  4. Mulai belajar dengan istilah-istilah akuntansi. Paling tidak Anda harus belajar membaca laporan keuangan. Ikut training bila perlu.

Bila bisnis Anda sudah masuk dalam kategori Usaha Menengah, selamat. Harusnya bisnis Anda sudah mulai berlimpah uang. Staff yang bekerja juga sudah tersebar merata di setiap divisi. Saatnya Anda membutuhkan senjata yang lebih berat.

Bila sebelumnya Anda sudah mulai beralih dari spread sheet ke software akuntansi sederhana, maka sekarang Anda sudah mulai harus mempertimbangkan untuk menggunakan software akuntansi yang terintegrasi dengan operasional Anda.

Bila industri perusahaan Anda sifatnya umum, selamat. Ada banyak software akuntansi paket yang terintegrasi yang tersedia di Indonesia yang bisa Anda pilih.
Namun bila tidak ada, berarti Anda harus mulai mempertimbangkan untuk customize. Harap baca dulu artikel saya yang membahas tentang customize software akuntansi. Setelah Anda paham dan tetap mau customize, silakan jalan terus.

Dengan perputaran bisnis yang semakin kencang, software akuntansi yang terintegrasi dengan operasional sudah bukan lagi sebuah pilihan.

Terakhir, bila Anda sudah termasuk Usaha Besar, maka Anda sudah harus mempersiapkan senjata yang lebih besar lagi. Anda perlu membeli software terbaik yang paling cocok yang bisa Anda bayar. Budget untuk pembelian software akuntansi juga sudah tidak boleh kecil lagi. 
Efisiensi adalah kata kuncinya. Bila Anda adalah perusahaan besar dan tidak efisien, maka tinggal tunggu waktu bisnis Anda akan collapse. 
Dengan teknologi internet saat ini, perusahaan kecil dalam sekejab bisa menjadi kompetitor dan memakan habis Anda.
Bila bisnis Anda termasuk kategori besar dan belum menggunakan software akuntansi yang mampu mengintegrasikan 80% dari operasional bisnis Anda, segeralah cari.

Kembali ke pertanyaan awal saya: Apakah semua bisnis perlu software akuntansi? Jawaban saya adalah TIDAK.

Usaha mikro cukup pakai spread sheet dulu.
Usaha Kecil silakan mulai pakai software akuntansi yang sederhana untuk mencatat transaksi utama.
Usaha Menengah mulai gunakan software akuntansi yang terintegrasi dengan operasional.
Usaha Besar: gunakan software akuntansi yang terintegrasi dengan 80% operasional bisnis Anda.



Demikian tulisan dari saya. Semoga bisa membantu.

Ditulis oleh: Mas Agung Sachli (*)

(*) CEO Imamatek.com, perusahaan di balik FINA Accounting Software. Sudah mengembangkan software akuntansi sejak tahun 1998.

Kamis, 16 Februari 2017

Integrasi Software Akuntansi Dengan Software Lain

Tulisan saya kali ini akan membahas tentang beberapa cara untuk mengintegrasikan Software Akuntansi dengan aplikasi lain.

Software akuntansi pada dasarnya adalah software yang diperuntukan untuk back office. Software ini mendapat data dari beberapa bagian, salah satunya adalah bagian operasional (Front Office). Untuk menghindari pengisian ulang data di 2 software yang berbeda, maka software akuntansi perlu diintegrasikan dengan software operasional.

Contoh software operasional yang perlu/bisa diintegrasikan ke software akuntansi:


  1. Software POS (Point of Sales)
  2. Software Restoran
  3. Software Hotel
  4. Software Payroll
  5. dsb-nya.


Ada beberapa teknik yang bisa digunakan agar software akuntansi terintegrasi dengan Front Office.

Customize

Ini cara yang paling banyak dilakukan oleh perusahaan. Hasil dari integrasinya akan sangat baik karena umumnya customize ini langsung mengubah software akuntansi yang bersangkutan.
Dengan customize software, vendor software bisa membuat proses integrasi terjadi secara mulus.

Walaupun demikian, proses customize ada untung dan ruginya. Silakan lihat artikel saya yang membahas lengkap mengenai hal ini.

Export Import Melalui File

Teknik kedua untuk melakukan integrasi dengan software lain adalah melalui perantara file. Format file yang digunakan umumnya Text file dengan format data CSV (Comma Separated Value), atau XML (Extended Markup Language) atau format lainnya. Bisa juga file excel, walaupun agak jarang karena isu kompatibilitas antar versi Excel.

Cara kerjanya adalah:

  1. Dari sisi software front end akan export file dengan format yang sudah disepakati dengan software akuntansi.
  2. Software akuntansi akan import file tersebut sehingga masuk sebagai transaksi.
  3. Begitu pula sebaliknya, bila ada data dari software akuntansi yang akan digunakan oleh software front end, maka akan ada data yang di-export dari software akunting dan di-import ke software front end.
  4. Pengiriman file (bila jarak antar software jauh) bisa dilakukan dengan cara:
    1. Copy file ke flash disk
    2. Email
    3. FTP (File Transfer Protocol)
    4. Copy langsung dengan software remoting (Remote desktop, go global, dll).

Keuntungan menggunakan teknik Export-import File:

  1. Mudah untuk diintegrasikan. Hanya perlu kesepakatan format data yang akan digunakan, lalu masing-masing vendor akan membuat fungsi export/import di software mereka.
  2. Bila ada data yang salah, text file bisa di-edit secara manual. Sebetulnya hal ini bisa ada efek sampingan yang negatif. Namun dalam konteks ini adalah dalam keadaan darurat, user bisa edit file agar proses import bisa dilanjutkan.

Kerugian menggunakan teknik Export-Import File:

  1. Mudah terjadi kesalahan yang disebabkan oleh manusia karena perlu kedisiplinan user untuk melakukan export-import secara manual. Error yang mungkin terjadi antara lain:
    1. File export hilang karena 1 atau lain hal, misal: Ketimpa file lain, nyangkut di email, dsb-nya.
    2. Import dilakukan lebih dari 1 kali.
    3. User lupa untuk import file
  2. Transaksi yang dikirim umumnya hanya yang baru saja. Bila setelah export terjadi pengeditan data di software asal, maka data hasil pengeditan tidak akan terkirim lagi. Hal ini akan menyebabkan data antar kedua software tidak sinkron. Ada beberapa software yang mampu mengeluarkan data hasil pengeditan/penghapusan.
Teknik ini cocok digunakan untuk integrasi data yang tidak membutuhkan update data real time.

Web Service

Teknik ketiga adalah teknik integrasi yang terkini. Umumnya digunakan untuk mengintegrasikan aplikasi front end ke software akuntansi secara real time.
Contoh integrasi yang dapat menggunakan Web service adalah:
  1. Web store/e-commerce yang perlu update order yang masuk ke software akuntansi.
  2. Mobile apps untuk update order ke software akuntansi.
Web service adalah sebuah program yang melayani permintaan, umumnya melalui internet, baca atau tulis data ke software akuntansi.
Jadi bila ada software front end yang ingin diintegrasikan ke software akunting, tinggal cari tahu format data web service (umumnya XML atau JSON) yang diperlukan, lalu sesuaikan program front end-nya agar bisa mengolah data tersebut.

Keuntungan mengintegrasikan menggunakan Web Service:
  1. Data secara real time ter-update dari/ke Software akunting.
  2. Bila ada kesalahan, bisa langsung ketahuan.
  3. Kecil kemungkinan salah karena komunikasi terjadi antar software tanpa keterlibatan manusia.
Kerugian menggunakan Web Service:
  1. Perlu waktu pengembangan yang relatif lama (tergantung apakah software akuntansi yang bersangkutan sudah menyediakan fasilitas web service atau belum).
  2. Saat integrasi awal agak sulit karena menyesuaikan data dan protocol antar software.
  3. Otomatis, harga untuk integrasi juga relatif mahal.
Jadi, bisa disimpulkan, ada 3 teknik utama untuk melakukan integrasi dari software front end ke software akuntansi. Customize, via file dan webservice. Masing-masing ada kelemahan dan keuntungannya. Yang mana yang cocok untuk Anda, silakan sesuaikan dengan situasi dan kondisi perusahaan Anda.

Ditulis oleh Mas Agung Sachli (*)

(*) CEO Imamatek Corporation, perusahaan di balik FINA Accounting Software. Beliau sudah mengembangkan software akuntansi sejak tahun 1998.



Rabu, 15 Februari 2017

Wawancara Dengan Dadi Mulyadi

Kali ini saya akan mewawancarai seorang profesional di bidang Software akuntansi. Beliau sudah bekerja sebagai implementor sebuah software akuntansi bertahun-tahun. Mari kita simak wawancara yang dilakukan melalui email ini:

Pak Dadi, bisa cerita sedikit tentang diri Anda? 
Nama saya Dadi Mulyadi, saat ini saya bekerja di PT. Imamatek. Jabatan saya saat ini adalah Project Coordinator. 

Apa pekerjaan Anda sebelum bekerja di Imamatek?
Sebelumnya saya pernah bekerja di PT. Sanggar Mustikapadma (FoodCout TA) sebagai Attendant. Kurang lebih saya bekerja di sana 11 bulan periode Oktober 2005 - Agustus 2006. Alasan saya keluar dari pekerjaan saya sebelumnya, karena saya lihat di sana tidak ada jenjang karir yg bagus sehingga tidak ada alasan membuat saya bertahan. Dan saya pun ada keinginan untuk melanjutkan Kuliah, sehingga saya sempat tidak kerja selama 1 tahun untuk fokus di kuliah sambil saya melamar di beberapa perusahaan sehingga bertemu dengan imamatek.

Bisa ceritakan ke kami bagaimana perjalanan karir Anda di Imamatek?
Perjalanan Karir Saya di imamatek, saya masuk Nopember 2007 - Januari 2009 Sebagai Fina Operator yg bertugas sebagai Operator Data Input Program Fina di Client. Saya di terima sebagai Fina Operator dengan Ijazah SMK Jurusan Akuntansi. 

Lalu di Februari 2009 - Januari 2010 saya diangkat menjadi Help Line Support. Tawaran tersebut saya dapat, setelah habisnya masa kontrak menjadi Fina Operator. 

Februari 2010 - Januari 2011 saya di tawarkan kembali menjadi Staf Report dan kesempatan itu pun saya ambil. Karena memang secara background saya kuliah mengambil jurusan Manajemen Informatika D3 dan Sistem Informasi S1 sehingga saya tertarik untuk mempelajari SQL dan penggunaan Fast Report. 

Februari 2011 - September 2014 saya ditawarkan kembali menjadi Implementation Training Spesialist (ITS). Jabatan tersebut adalah yg sedikit merubah saya dari seorang yg tidak banyak bicara dan diharuskan banyak bicara. 

Di Awal Oktober 2014 saya ditawarkan kembali menjadi Project Manager, Saya juga sempat di ikutkan training "Project Management Professional (PMP)" dan hal tersebut juga pertama kali buat saya. Saya training berdua dengan atasan saya sebelumnya yaitu Pak Rahmad Hidayah After Sales Manager waktu itu di Multimatics . 

Dan di awal Januari 2016 saya menjadi Project Coordinator sd saat ini. Di mana saya bertanggung jawab untuk Divisi Implementasi.

Apa pengalaman implementasi yang paling menyenangkan bagi Anda?
Pengalaman implementasi yang paling menyenangkan adalah dimana saya naik pesawat pertama kali. Sebelumnya saya belum pernah naik pesawat dan keluar dari Jakarta, tapi saat ini saya sudah bisa berkunjung ke beberapa tempat yaitu : Padang, Pontianak, Ternate, Maluku, Tegal, Semarang, Lampung, Jambi, Bali. Dan 1 lagi yg paling menyenangkan pada saat implementasi adalah dimana saya bisa meeting dan bertemu dengan orang-orang yang jabatannya bisa di bilang tinggi yaitu Manager Accounting, Direktur, dimana di sana saya memberikan solusi untuk mereka. 

Apakah Anda pernah mengalami kesulitan yang besar saat melakukan implementasi? Bisa ceritakan ke kami apa yang Anda hadapi dan bagaimana Anda memecahkan kesulitan tersebut?
Jika ditanya pernah mengalami kesulitan yg besar saat melakukan implementasi, maka jawabannya pasti pernah. Salah satunya adalah ketika saya melakukan training di salah satu perusahaan dimana berisi 8-10 orang yg mengikuti training tersebut. Saya mendapatkan pertanyaan, yg saya sendiri tidak tahu jawabannya. Atau ketika ada perkataan yg paling tidak enak untuk di dengar. "Kamu bisa atau tidak sih?" Ketika ada pertanyaan tersebut, maka berarti ada hal yang akan saya ketahui kembali.
Cara saya untuk memecahkan kesulitan tersebut : 
  1. Saya coba bilang ke peserta training yg bertanya, "Baik bapak/ibu, untuk pertanyaan tersebut saya tampung dulu ya" Di sela-sela waktu saya mencoba yang ditanyakan. Setelah ketemu solusinya baru saya infokan jawabannya.
  2. Saya tanya kembali ke User apa yg sebetulnya mereka inginkan. Terkadang dengan menanyakan balik, jawabannya sudah ketemu tanpa kita memberikan jawaban. Atau sambil kita bertanya, sambil memikirkan solusi yg tepat atas jawabannya. Disana kita membuat waktu kita sendiri untuk berpikir mencari solusinya.

Ada 1 pesan dari Ibu Paula atasan saya ketika menjadi FO yang selalu saya ingat sampai dengan sekarang. "Anda Orang Software-Nya, yang tahu banyak tahu tentang Software yaitu Anda, Jadi jangan sampai terlihat tidak bisa/tidak tahu, walaupun anda memang tidak tahu. Setidaknya jawab lah apapun itu, jangan terlihat diam dan tidak tahu." 

Apakah Anda bisa berikan saran kepada kami yang baru ingin melakukan implementasi software, apa yang perlu kami persiapkan dan lakukan?
Saran saya jika anda adalah pengguna baru dan baru ingin melakukan implementasi Software :
  1. Pastikan anda tahu tujuan anda membeli software sebelum implementasi software tersebut berjalan, apakah untuk penjualan saja, pembelian saja, payroll, atau sampai dengan laporan keuangan, dan kapan anda akan gunakan?. Sehingga nantinya ekspektasi yg diharapkan pun tidak membuat anda kecewa.
  2. Persiapkan data" master yg dibutuhkan diawal, dan juga pastikan persiap hardware, software, jaringan, yang mendukung software tersebut berjalan dengan lancar.
  3. Cari software yang menyediakan jasa maintenance support, dimana jika nantinya ditemui kendala anda tahu harus bertanya kemana.
Apa langkah-langkah implementasi software akuntansi secara garis besar? Langkah yang mana yang menurut Anda yang paling krusial?
Mengenai langkah-langkah implementasi software akuntansi secara garis besar yaitu:
  • Persiapkan Data Master secara lengkap di awal, baik itu data pelanggan, pemasok, item, saldo" awal, & format" laporan yg di inginkan
  • Persiapkan SDM yang akan di Train untuk Implementasi Software nya
  • Persiapkan hardware, jaringan pendukung untuk dapat berjalan nya software.
Dan langkah yg paling krusial biasa nya terjadi di persiapan data master yang terkadang mungkin terlihat tidak penting tapi ketika berjalan jika data master tidak ada maka transaksi pun tidak bisa dibuat dan laporan pun tidak bisa di hasilkan.

Sebagai pertanyaan penutup, Apakah Pak Dadi ada masukan bagi pengusaha yang belum mau menggunakan software akuntansi?
Untuk masukan bagi pengusaha yang belum mau menggunakan software akuntansi, dari saya sebaiknya coba di pikirkan kembali keuntungan dari menggunakan software Akuntansi, seperti :
  • Kita dapat melihat pendapatan yg dihasilkan per bulan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan.
  • Kita dapat mengontrol biaya" apa saja yg terjadi di perusahaan tersebut.
  • Dan pada akhirnya kita dapat mengetahui secara detail apakah selama ini perusahaan mengalami profit atau loss.
Demikian akhir wawancara kami dengan Pak Dadi. Anda bisa menghubungi Pak Dadi di dadi et imamatek.com.


Wawancara ini dilakukan oleh Mas Agung Sachli.

Senin, 13 Februari 2017

Sistem Komputerisasi...

Sistem Komputerisasi...

Kebanyakan orang atau perusahaan menganggap kalau sudah menggunakan komputer mereka sudah menggunakan Sistem Komputerisasi Benar sih...karena memang mereka input data nya di Komputer :)

Bahkan ada juga loh perusahaan untuk proses operasional mereka seperti menerbitkan Surat Jalan, Faktur Penjualan tidak pakai komputer alias tulis tangan.
OK..mereka lebih jujur kalau mereka tidak pakai sistem komputerisasi :D


Biasanya perusahaan seperti ini lebih mau menerima Sistem Komputerisasi yang sebenarnya karena mereka anggap pekerjaan mereka akan terbantu dengan adanya sistem komputerisasi dibanding dengan Perusahaan yang sudah terbiasa pakai Komputer.
Tapi hanya pakai yang di sebut Paket Pengolah Data (Microsoft Excel) karena mereka sudah dibuat manjadi pengancara pengolahan data yang bisa dirubah kesana kemari seenak mereka hehehe, 

Nah, oleh karena itu mereka agak sulit menerima dengan datangnya sistem komputerisasi yang sebenarnya, ini pengalaman saya yang bekerja sebagai implementor Software Akuntasi yang bernama.., saya sebut inisial saja (FINA), ini saya temui di beberapa perusahaan, ya.. memang kondisinya seperti itu.

OK..kita kembali kepembahasan Sistem Komputerisasi, kalau saya boleh artikan mengapa itu Sistem Komputerisasi? karena
  1. Sistem yang memudahkan kita dalam pengolahan data.
  2. Sistem yang memudahkan untuk kontrol data.
  3. Sistem yang membuat pekerjaan jadi lebih cepat.
  4. Sistem yang membuat perusahaan lebih menghasilkan keuntungan jauh lebih besar sebelum menggunakan Sistem Informasi.
Arti diatas adalah arti secara keseluruhan untuk Sistem Komputerisasi, kalau berbicara menghasilkan keuntungan jauh lebih besar, ada sistem yang memang secara spesifik software tersebut bertujuan untuk mengasilkan keuntungan yang lebih besar.

Tapi ada juga hanya sekedar pengolahan data dan kontrol data saja, memang tidak bisa dipungkiri kalau pengolahan data dan kontrol data bisa dijalankan secara teratur, sistematis,
tidak menutup kemungkinan perusahaan tersebut bisa memperoleh keuntungan jauh lebih besar dari sebelumnya.

Dari satu pekerjaan yang sebelumnya dikerjakan oleh 5 orang bisa dikerjakan 3 orang.
Maaf... bukan bermaksud bertujuan untuk mengurangi Karyawan, karena 2 orang karyawan yang sebelumnya mengerjakan satu pekerjaan itu bisa diberdayakan untuk pekerjaan lain yang baru.
Mungkin ada divisi baru begitu.., jadi bisa menambah ilmu baru dan mungkin ini kesempatan mereka untuk berkarir dan bisa juga dari 1 orang karyawan yang mengerjakan 1 pekerjaan bisa mengerjakan 2 pekerjaan.

Maaf juga bukan bermaksud membuat pekerjaan orang jadi merangkap karena pekerjaan yang pertama sudah mudah dikerjakan jadi tidak butuh waktu lama untuk mengerjakannya, mungkin dengan pekerjaannya bertambah Bos kita menambah gaji kita juga.


Nah, dari berbagai kondisi diatas tidak menutup kemungkinankan kalau Perusahaan bisa memperoleh keuntungan yang jauh lebih besar.

Pada zaman sekarang ini banyak sekali sofware yang mengintegrasikan antara Operasional, Pengolahan Data, dan Profit.
Jadi tidak perlu membeli software terpisah pisah dari berbagai vendor, dari software paket (siap pakai), software paket yang bisa di Customisasi, Tailor Made Sofware, yang menawarkan produk – produk mereka dengan berbagai macam kelebihannya.

Kita harus pintar memilih software yang paling cocok untuk perusahaan kita karena tidak semua kelebihan yang ada dalam software tersebut cocok dengan jenis perusahaan kita dan jangan lupa jika memilih vendor bagaimana support yang ditawarkan oleh vendor pemilik produk sofware tersebut setelah implementasi di perusahaan kita selesai.

Apakah mereka akan tetap support kita selama kita masih menggunakan software mereka atau kita ditinggalkannya ? pelajari kontrak dan proposalnya.

Mengenai jenis software yang saya sebutkan diatas yaitu software paket (SiapPakai), software paket yang bisa di Customisasi, Tailor Made Sofware.

Saya akan jelaskan secara ringkas apa yang dimaksud dengan jenis software diatas. 
  1. Software Paket adalah Software yang secara umum dibuat berdasarkan sistem dan proses bisnis yang berlaku pada umumnya dan berusaha semaksimal mungkin mengakomodasi kebutuhan sebuah perusahaan.
  2. Software Paket yang bisa di customisasi adalah pada dasarnya sama dengan Sofware Paket, bedanya kalau software paket berusaha semaksimal mungkin mengakomodasi kebutuhan sebuah perusahaan dengan kemampuan yang ada pada software yang sudah ada.
  3. Software Paket yang bisa di customisasi berusaha semaksimal mungkin mengakomodasi kebutuhan sebuah perusahaan dengan menambahkan fitur – fitur baru yang bisa di customisasi yang dibutuhkan oleh perusahaan. 
  4. Tailor Made Sofware adalah sesuai dengan namanya dibuat sesuai dengan permintaan penggunaatau user yang akan menggunakannya, ibarat baju yang dibuat langsung di penjahit, diukur sesuai ukuran tubuh pemakainya.


    Demikian artikel ini saya buat semoga dapat membantu Anda dalam memilih Sistem Komputerisasi yang baik dan benar.



     
     





 

Kamis, 09 Februari 2017

Customize Software

Pertanyaan yang paling sering saya terima saat bertemu dengan orang yang sedang mencari software akuntansi adalah: Software-nya bisa di-customize tidak?

Tulisan saya kali ini akan membahas mengenai apa untung rugi melakukan customize software serta hal-hal apa saja yang perlu Anda pertimbangkan sebelum memutuskan akan customize software.

Siapa yang tidak suka merasa spesial? Sesuatu yang dikhususkan untuk Anda sendiri, disesuaikan dengan kebutuhan Anda? Tentu semua orang mau. Bila Anda sudah menikah tentu tahu. Membeli gaun pengantin yang dibuat khusus buat Anda (bila Anda adalah wanita) atau Istri Anda (bila Anda adalah pria) merupakan impian semua orang.
Gaun tersebut ukurannya disesuaikan dengan bentuk tubuh si mempelai wanita sehingga terlihat indah pada hari H-nya.

Membangun rumah juga sama. Mendesain sendiri serta memiliki rumah yang unik yang tiada duanya juga merupakan impian banyak orang.

Untuk software apa lagi. Bisnis Anda unik. SOP Anda unik. Bukankah idealnya software-nya juga harus customize?

Sebelum Anda menjawab pertanyaan tersebut, berikut hal-hal yang harus Anda ketahui sebelum Anda memutuskan untuk customize software akunting.

Tidak Murah

Customize software akuntansi (atau software secara umum) membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Untuk melakukan customize membutuhkan tenaga kerja intelek yang harganya tidak murah. Ujung-ujungnya biaya customize yang harus Anda bayar juga tidak murah.
Sekedar gambaran. Pada saat artikel ini ditulis, standard harga per mandays (satuan yang umumnya digunakan untuk menghitung harga pengerjaan software) dimulai dari 2 jutaan hingga ada yang mencapai US$800.

Mengapa Tidak Murah?

Karena tahapan pembuatan software cukup panjang yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

  1. Pengumpulan requirement
  2. Pembuatan analisa/rancangan teknik
  3. Pembuatan code
  4. Testing
  5. Implementasi
Pengumpulan requirement umumnya adalah proses yang Anda lakukan saat Anda menceritakan kebutuhan Anda ke salesman. Salesman di sini bukanlah salesman sembarangan. Anda perlu berbicara dengan salesman yang mempunyai latar belakang teknis dan memahami baik produk maupun development software. Biar apa yang Anda ceritakan bukan cuma diterima bulat-bulat dan dijawab dengan "bisa" saja.
Proses ini memerlukan interaksi yang cukup lama agar ditemukan solusi yang bisa dilakukan oleh software. Karena terkadang, tidak semua yang Anda inginkan bisa diakomodir oleh software. Atau kalau pun bisa diakomodir, memerlukan usaha yang sangat besar, yang ujung-ujungnya membuat harga customize menjadi mahal.

Tahapan kedua: Analisa teknik. Bagian ini umumnya customer tidak tahu karena proses ini tidak dilakukan di hadapan customer. Membutuhkan seorang system analyst senior untuk menghasilkan sebuah rancangan teknis yang bagus & efisien. Rancangan teknis yang dilakukan oleh orang yang kurang berpengalaman akan menghasilkan software yang tidak efisien, muncul efek negatif yang tidak diharapkan yang pada ujungnya mengganggu penggunaan software akuntansi Anda.

Pembuatan kode (coding): bagian ini biasanya dikenal sebagai proses programming. Bagian ini juga sering disalah artikan sebagai satu-satunya proses customize. Kalau Anda lihat di daftar proses di atas, Anda sudah paham bahwa coding hanya merupakan bagian kecil dari proses pembuatan software.

Testing: Ini adalah bagian penting (kalau tidak mau disebut yang paling penting) dari proses development. Proses testing yang benar harus dilakukan oleh orang yang berbeda dari yang coding. Mengapa? Karena fungsi testing adalah 'menghancurkan' software yang sudah dibuat oleh programmer. Kalau testing dilakukan oleh programmer, tentunya tanpa sadar, si programmer tidak akan tega mengetest software-nya sampai ke titik ekstrim.

Apa konsekuensi dari software yang tidak di-test oleh tester profesional? Anda akan menerima software yang bermutu rendah dan Anda akan terpaksa menjadi tester. Bila Anda ingin menghindari dijadikan 'bumper' seperti itu, silakan pastikan tim yang membuat software Anda mempunyai tester yang independen.

Terakhir implementasi. Banyak orang mengira membuat software adalah 1 siklus saja. Kenyataannya justru pada saat implementasi akan ditemukan banyak masalah. Anggap saja software yang dibuat sudah bebas bug karena sudah dites dengan baik oleh Tester. Sampai di depan user, user akan mengeluh kok begini, kok begitu. Saat keluhan sudah disampaikan ke programmer, program akan diubah, di-test, balik lagi ke user dan dapat umpan balik lagi. Demikian siklus ini berputar sampai user puas. Bila user tidak puas-puas, maka proses development ini akan menjadi proyek abadi.

Siklus ini bisa dihindari apabila di awal proses, requirement sudah bisa tergali dengan baik. Namun dari pengalaman saya, sebaik apa pun requirement digali, siklus rework selalu terjadi. Pertanyaannya adalah seberapa sering rework terjadi dan seberapa besar rework yang akan dilakukan?

Apakah Perlu Customize?

Kembali lagi ke pertanyaan awal. Apakah Anda perlu customize? Saran saya, sebisa mungkin hindari untuk customize software. Kalau Anda belum siap untuk invest uang puluhan atau bahkan ratusan juta dan waktu berbulan-bulan atau tahunan, lebih baik gunakan apa yang ada saja. Tentu saja ada proses yang perlu Anda kompromikan dan dilakukan di luar software.

Kalau setelah mengetahui segala resikonya Anda masih tetap mau customize, berikut saran saya:
  1. Cari salesman yang jago yang tahu mengenai software akuntansi, berpengalaman implementasi dan mengerti konsekuensi melakukan customize. Dari mana Anda tahu dia jago atau tidak? Saat Anda menceritakan kebutuhan Anda, dia akan memberikan komentar, masukan, alternatif solusi lain. Intinya, dia tidak hanya sekedar mencatat dan bilang OK atau BISA saja.
  2. Pecah customize Anda menjadi kecil-kecil. Idealnya adalah 1 s/d 2 minggu (5-10 mandays). Semakin kecil customize, semakin kecil resiko tingkat kegagalannya. Pilih yang paling penting dulu. Sesuatu yang wajib ada. Kalau ada akan membantu banyak, kalau tidak ada, perusahaan Anda tidak bisa jalan. Dengan demikian, setiap akhir customize, Anda bisa langsung merasakan hasilnya. Setelah itu lanjut lagi ke customize tahap kedua yang sedikit tidak terlalu penting. Sampai semua keinginan customize Anda terpenuhi.
  3. Kenali tim developer-nya. Jangan malas untuk survei ke kantor calon vendor. Tanyakan bagaimana cara mereka membuat program. Sistem apa yang mereka gunakan. Kenalan dengan tester-nya. Anda akan ditunjukkan kepada hal-hal yang tidak Anda mengerti. Pura-pura saja mengerti dengan menjawab "hmmm, menarik... menarik...." sambil angguk-angguk kepala dan meletakan jari telunjuk dan jempol seperti pistol di dagu Anda.
Demikian artikel saya. Semoga bisa membantu Anda memutuskan apakah perlu customize software akuntansi Anda atau tidak.


Ditulis oleh: Mas Agung Sachli (*)

(*) Penulis adalah CEO dari  Imamatek, perusahaan di balik FINA Accounting Software. Beliau sudah mengembangkan software akuntansi sejak tahun 1998.

Rabu, 08 Februari 2017

Cara Menghitung Harga Pokok Produksi

Tulisan saya kali ini akan membahas bagaimana caranya untuk menghitung Harga Pokok Produksi (HPP). Hati-hati, jangan rancukan dengan Harga Pokok Penjualan yang singkatannya juga HPP. Sepanjang tulisan ini, bila saya sebut HPP artinya adalah Harga Pokok Produksi. Untuk membedakan dengan Harga Pokok Penjualan saya akan gunakan kata COGS (Cost of Goods Sold).

Bagi yang kuliah jurusan Akuntansi, Anda tentu ingat di kelas Intermediate Accounting, Anda mendapat pelajaran bahwa HPP didapat dengan rumus:

HPP = RM + DL + FOH

di mana:

  1. RM = cost dari Raw Material / Bahan baku
  2. DL = Direct Labor, yaitu biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut.
  3. FOH = Factory Overhead atau sering juga disebut MOH (Manufacturing Overhead), yaitu biaya-biaya tidak langsung yang dibebankan ke HPP.
Rumus ini sebetulnya sudah tidak relevan lagi dengan jaman sekarang karena akan berdampak kepada daya saing perusahaan Anda. Hal ini sudah saya bahas di artikel saya yang lain. Namun karena ada banyak yang memegang rumus ini sebagai Kitab Suci, jadi saya tidak berani melawan arus.

Mari kita bahas 1 per 1 komponen HPP ini.

Untuk RM, perhitungannya mudah. Kita tinggal gunakan cost inventory Raw Material sesuai dengan perhitungan (Bisa lihat di artikel saya tentang cara perhitungan cost average dan FIFO). Anda bisa langsung dapatkan nilai dari RM ini.

Sebagai contoh:
Untuk membuat 100 buah produk C, Anda butuh 50 A dan 20 B. Bila cost A = Rp.1.000 dan cost B=Rp.2.000, maka total HPP dari komponen RM adalah:

50 x 1.000 + 20 x 2.000 = 90.000

Jadi HPP 1 buah C adalah = 90.000/100 = Rp. 900.

Itu kalau kita hanya menghitung RM-nya saja.

Sekarang kita masuk ke komponen kedua, yaitu DL. Hati-hati. komponen ini namanya adalah Direct Labor, alias Biaya tenaga kerja langsung.
Apa yang dimaksud langsung adalah biaya ini naik seiring dengan jumlah produk yang dikerjakan. Istilah akuntansinya adalah variable cost.
Apakah kondisi saat ini masih ada? Ya, masih ada. Perusahaan ini untuk beberapa produk tradisional membayar buruhnya berdasarkan hasil produksi. Namun kondisi ini sudah sangat jarang. Kebanyakan pabrik membayar buruhnya dalam jumlah tetap setiap bulan, terlepas dari jumlah produk yang dihasilkan bulan itu.

Sebetulnya biaya gaji bulanan tidak boleh masuk ke kategori DL karena sudah tidak sesuai lagi dengan prinsipnya. Namun ada banyak accounting manager/business owner yang ngotot untuk memasukkan biaya ini sebagai DL.

Nah, di sini situasi mulai rumit. 

Bila Anda ingin menghitung biaya 'DL' (saya kasih tanda kutip karena ia bukanlah DL yang sesungguhnya) secara tepat, maka Anda harus menggunakan rumus:

Gaji 1 bulan / jumlah produksi di bulan ini

Pertanyaannya adalah: Kapan/bagaimana Anda bisa tahu jumlah produksi bulan ini?
Anda harus tunggu akhir bulan untuk mengetahui persis angka ini bukan? Kalau betul Anda tunggu akhir bulan baru dibebankan ke HPP, berarti Anda ada 2 pilihan:
  1. Hitung dulu HPP dengan RM, setelah RM sudah diketahui, baru dibebankan. Konsekuensinya adalah semua barang yang sudah dijual, COGS-nya harus dihitung ulang. Konsep hitung ulang sudah saya jelaskan di sini.
  2. Anda catat semua hasil produksi di akhir bulan. Konsekuensinya adalah, bila sebelum akhir bulan FG (Finished goods/barang jadi) tersebut sudah dijual, Anda harus jual dengan posisi stock negatif.
Tidak ada solusi yang enak untuk kedua hal ini. Itu sebabnya muncullah alternatif solusi yang lain, yaitu Standard Cost.
Perhitungan Standard Cost bisa menggunakan 2 cara:
  1. Berdasarkan jumlah produksi. Metode ini umumnya digunakan untuk produk yang proses produksinya mirip.
  2. Berdasarkan waktu produksi. Metode ini biasanya digunakan untuk produk yang prosesnya beragam sehingga membutuhkan waktu produksi yang berbeda-beda.

Untuk perhitungan standard cost berdasarkan jumlah biasanya digunakan data historikal. Misalkan tahun lalu kapasitas produksinya sebesar 1 juta ton. Maka biaya gaji 1 tahun dibagikan dengan jumlah ini. Didapatilah biaya per ton. Biaya inilah yang akan dibebankan ke setiap ton hasil produksi.

Berbeda dengan metode jumlah, untuk perhitungan berdasarkan waktu kita tidak butuh data historikal. Berdasarkan biaya bulanan yang dibagi per hari dan per jam, didapati cost per jam. Sebagai contoh: 1 bulan gaji adalah 3 juta/orang. Dalam 1 bulan ada = 6 hari x 4 minggu x 7 jam = 168 jam. 
Dengan kata lain, biaya DL dibulatkan menjadi Rp. 18,000/orang/jam.
Setiap FG akan dihitung berapa lama dan berapa orang yang dibutuhkan untuk mengerjakannya. Dikali dengan angka di atas akan didapatkan biaya DL-nya dan langsung dibebankan saat pencatatan produksi.

Metode standard cost ini walaupun lebih baik dibandingkan metode actual, tetap memiliki kelemahan. Metode ini akan menjadi tidak akurat bila jumlah produksi tidak stabil.

Saya pribadi, bila harus memilih, lebih menyarankan untuk menggunakan standard cost berbasis waktu. 

Kembali ke contoh di atas, bila untuk menghasilkan 100 buah A membutuhkan 1 orang selama 2 jam, maka HPP-nya akan menjadi:

(90.000 + 2 jam *18.000/jam)/100 = Rp.1.260/buah


Terakhir: Komponen FOH. FOH adalah biaya-biaya pabrik yang tidak berhubungan langsung dengan produksi. Saya tidak menyarankan Anda untuk membebankan FOH ke dalam HPP Anda demi daya saing. Namun bila Anda tetap ngotot untuk membebankan depresiasi mesin atau bahkan gaji direktur ke dalam HPP, resiko ditanggung sendiri.

Cara pembebannya sama seperti pembebanan 'DL' yang sudah saya jelaskan di atas. Anda bisa pilih cara actual atau standard. Kalau standard cost, Anda bisa pilih mau pakai berdasarkan jumlah atau waktu.

Dengan menjumlahkan semua biaya RM, DL & FOH dan dibagi dengan hasil produksi, Anda akan dapatkan HPP per produk yang Anda hasilkan.

Misal, setelah Anda hitung, FOH per buah adalah Rp. 100. Maka HPP Item A di atas akan menjadi:

1.260 + 100 = Rp.1.360 / buah

Demikian penjelasan saya mengenai cara perhitungan HPP sebuah pabrik. Semoga bisa memberikan Anda gambaran cara menghitung HPP di pabrik Anda.


Ditulis oleh: Mas Agung Sachli (*)

(*) Penulis adalah CEO dari Imamatek, perusahaan di balik FINA Accounting Software. Beliau sudah mengembangkan software akuntansi sejak tahun 1998.

Selasa, 07 Februari 2017

Menghitung Cost Inventory dengan Metode FIFO

Tulisan ini akan menjelaskan mengenai cara perhitungan cost inventory dengan menggunakan metode First In First Out (FIFO).

Sama seperti artikel saya sebelumnya yang menjelaskan mengenai cara perhitungan metode Average, saya akan memulai penjelasan saya dengan memaparkan model perhitungannya. Berbeda dengan model perhitungan Average yang merupakan fungsi waktu, saya menggunakan model balok untuk metode FIFO.

Bayangkan ada 2 buah rak yang disusun paralel atas-bawah. Rak di atas adalah untuk menampung transaksi CD (penjelasan transaksi CD ada di artikel saya tentang average) dan rak di bawah untuk menampung transaksi NCD.

Dua garis horizontal ini bukan merupakan fungsi waktu, tapi merupakan susunan urutan masuknya transaksi.

Sebagai ilustrasi, skenario pertama: Anda beli item A di tanggal 2 Feb sejumlah 10 buah dengan harga masing-masing Rp.1.000.
Model-nya akan menjadi seperti ini:

Karena pembelian adalah transaksi CD, maka kita letakkan di rak atas. Panjang dari balok itu adalah 10 satuan, yaitu sesuai dengan kuantitas barang yang dibeli.

Bila di tanggal 5 Feb, Anda beli lagi Item A sebanyak 8 buah dengan harga masing-masing Rp.1.200, maka Anda tinggal gambar sebuah balok lagi dengan panjang 8 satuan seperti berikut ini:
Posisi balok itu harus ditempatkan persis sesudah balok pertama. Demikian seterusnya untuk transaksi CD yang lain.

Sekarang kita masuk ke transaksi NCD. Bila tanggal 7 Feb Anda jual Item A sebanyak 11 buah, berapa cost-nya? Sebelum kita hitung cost-nya, lebih baik kita gambarkan dulu model-nya seperti ini:

Perhatikan, Balok NCD panjangnya adalah 11 satuan dan sisi kirinya harus sama dengan balok CD pertama. Dari situ kita bisa melihat bahwa 10 panjang pertama akan dapat cost 1.000 dan 1 panjang sisanya akan kena cost 1.200.
Dengan kata lain, HPP dari penjualan item A sebanyak 11 buah adalah Rp. 11.200.

Mudah bukan?

Persoalannya tidak sesederhana itu. Sering kali saya dapati data terlambat masuk. Bayangkan situasinya seperti ini. Beberapa saat setelah transaksi di atas dicatat, baru diketahui ternyata ada 2 transaksi yang ketinggalan di bulan lalu, yaitu:

  1. Tanggal 20 Jan ada pembelian Item A sebanyak 3 buah seharga Rp.1.100
  2. Tanggal 22 Jan ada penjualan Item A sebanyak 2 buah
Apa yang harus Anda lakukan? Mudah sekali. Anda tinggal menambah 1 balok sepanjang 3 satuan di rak CD dan 1 balok sepanjang 2 satuan di rak NCD.
Gambarnya menjadi sebagai berikut:

Semua balok yang diselip akan bergeser sepanjang balok tersebut. Perhatikan bahwa HPP untuk penjualan di tanggal 7 Feb akan berubah karena posisi baloknya juga berubah.
Proses ini di software dinamakan recalculate.

Bila Anda menggunakan metode FIFO untuk pencatatan inventory Anda dan sering input transaksi tidak sesuai dengan urutan kejadiannya, pastikan software akuntansi Anda bisa melakukan proses recalculate agar perhitungan HPP-nya tetap betul.

Demikian penjelasan saya mengenai cara perhitungan cost inventory dengan metode FIFO. Semoga bermanfaat.

Bagi yang lebih suka menonton video, silakan tonton video di bawah ini:



Ditulis oleh: Mas Agung Sachli (*)
(*) Penulis adalah CEO dari Imamatek, perusahaan di balik FINA Accounting Software. Beliau sudah mengembangkan software akuntansi sejak tahun 1998.

Cara Memilih Software Akuntansi Yang Tepat

Artikel ini ingin melengkapi e-book yang sudah pernah saya tulis di tahun 2009. Saat ini sudah ada banyak perkembangan teknologi sehingga ada beberapa bagian yang perlu dimuktahirkan.

Saya akan mulai tulisan ini dengan sebuah pertanyaan: "Apakah ada software akuntansi yang terbaik?" Pertanyaan ini sebetulnya tidak ada jawabannya karena terbaik untuk saya belum tentu terbaik untuk Anda. Pertanyaan yang lebih tepatnya adalah: Apakah ada software akuntansi yang paling cocok untuk perusahaan saya? Karena software akuntansi untuk perusahaan ritel, tentu saja akan berbeda dengan untuk perusahaan restoran.

Nah, beranjak dari pertanyaan itu, kita akan kupas apa saja saja yang perlu Anda pertimbangkan saat memilih software akuntansi.

Pertanyaan Pertama: Apakah Anda akan menggunakan software akuntansi Anda sampai ke bagian operasional atau hanya untuk back office saja? Ini pertanyaan penting yang harus dijawab.

Yang dimaksud dengan operasional adalah orang-orang ujung tombak Anda yang melakukan tugas operasionalnya sehari-hari agar bisnis Anda bisa berjalan.
Contoh: Kalau Anda bisnis restoran, maka operasional sehari-harinya adalah: Taking order, masak, billing, dsb-nya. Kalau Anda bisnis bengkel, operasionalnya adalah: Catat keluhan, kasih estimasi biaya service, kerjakan, tagih/terima pembayaran.

Bila Anda memutuskan software akuntansi hanya untuk back office saja, alias hanya dipakai oleh staf akunting Anda saja, maka pilihannya akan lebih mudah. Hampir semua software akuntansi paket yang beredar di pasaran dapat melakukan fungsi dasar dari akuntansi, yaitu: Jurnal umum.

Keuntungan bila software akuntansi hanya digunakan di back office saja:

  1. Pilihannya banyak.
  2. Implementasinya mudah
  3. Pengoperasiannya dilakukan secara batch. Artinya, data dari operasional di-input secara batch ke software akuntansi.
Kerugian bila menggunakan software akuntansi di back office saja:
  1. Informasi yang disajikan akan terlambat sejumlah waktu yang diperlukan untuk input ulang data operasional. 
  2. Karena ada proses input ulang, ada banyak human error yang bisa terjadi, baik yang disengaja maupun tidak.
  3. Karena data tersebar di beberapa sistem (baik yang sudah terkomputerisasi maupun manual), akan mudah terjadi perbedaan data. Misal: Penjualan di operasional tercatat Rp. X, tapi di akunting tercatat Rp. Y. Informasi mana yang dijadikan pegangan?
Bila demikian, harusnya kalau beli software akuntansi yang bisa langsung digunakan dibagian operasional dong ya?
Jawabannya tidak sesederhana itu.
Software akuntansi yang terintegrasi dengan operasional memerlukan beberapa persiapan. Lihat artikel saya mengenai persiapan yang harus Anda lakukan saat akan implementasikan software akuntansi di sisi operasional.
Bila Anda merasa siap, maka keuntungan-keuntungan ini yang bisa Anda nikmati:
  1. Informasi real time & sinkron antar divisi.
  2. Efisien karena input data hanya 1 kali, tapi data ter-update hingga ke laporan keuangan.
Lalu, apa kerugian, atau lebih tepat tantangan, yang akan Anda hadapi bila menggunakan software akuntansi yang terintegrasi?
  1. Pilihan software-nya tidak banyak, khususnya untuk industri yang sangat spesifik. Umumnya software akuntansi paket dirancang untuk mengakomodir operasional bisnis yang standard.
  2. Butuh kesiapan tim untuk kompak menggunakan software tersebut. Bila ada 1 bagian saja yang tidak input data, semuanya akan macet. 
  3. Waktu implementasi juga lebih panjang karena melibatkan beberapa divisi operasional.
  4. Ujung-ujungnya tentu saja biaya yang diinvestasikan akan lebih besar.
Jadi, mana yang harus Anda pilih? Bila Anda masih bertanya pertanyaan ini, maka jawabannya pasti: Gunakan dulu di back office. Sampai Anda sudah memahami mengapa harus terintegrasi, baru cari software yang lebih canggih.

Pertanyaan Kedua: Teknologi apa yang harus dipakai?
Secara garis besar, saat ini ada 3 teknologi, atau platform, yang masih ada:
  1. DOS
  2. Windows
  3. Web based
DOS boleh dikatakan teknologi matahari terbenam. Bila Anda sudah terlanjur gunakan software dengan teknologi ini, silakan lanjutkan. Namun bila Anda sedang bermaksud membeli baru, saran saya, hindari teknologi ini. Kita tidak tahu berapa lama Microsoft Windows masih akan mendukung teknologi DOS ini.

Windows: Bukan merupakan teknologi terbaru, namun saya masih melihat teknologi dari Microsoft ini masih akan hidup hingga 10-20 tahun ke depan.
Keuntungan menggunakan software berbasis windows:
  1. Hanya memerlukan jaringan lokal (LAN).
  2. Responnya relatif cepat
  3. Untuk mencetak ke printer lebih sederhana.
Kelemahan software akuntansi berbasis windows:
  1. Perlu install ke semua komputer yang akan menggunakan. Begitu juga bila ada upgrade.
  2. Bila lokasi pengguna berjauhan, akan kesulitan karena membutuhkan bandwidth jaringan yang besar.

Web based: Ini teknologi yang sedang trend belakangan ini. Yang dimaksud dengan software akuntansi berbasis web adalah: Software tersebut bisa dibuka dari internet browser. Karena bisa dibuka dengan browser, maka praktis software ini bisa dijalankan dari seluruh muka bumi yang terhubung ke internet. Bukan cuma itu, software tersebut juga bisa dijalankan dari segala platform yang ada browser internet.

Bila memang segitu canggihnya, mengapa kita tidak semua pakai software akuntansi berbasis web? Sebelum saya jawab, saya ingin jelaskan dulu, untuk software yang berbasis web bisa dibagi menjadi 2, yaitu:
  1. Install di server sendiri
  2. Cloud base: sudah terinstall di server vendor (orang lain)
Untuk yang pertama, sebetulnya mirip dengan teknologi Windows. Hanya saja proses instalasinya hanya perlu 1 kali, yaitu di server. 
Kelemahan sistem berbasis web yang diinstall di server sendiri adalah:
  1. Harus ada orang yang memelihara server & koneksi internet supaya tetap berjalan 24 jam x 7 hari.
  2. Karena terhubung ke internet, Anda harus lindungi diri dari serangan hacker. 
  3. Bila koneksi internet putus, maka user di luar kantor tidak bisa pakai software tersebut.
Sedangkan untuk teknologi Cloud, saat ini sedang ngetrend. Teknologinya sama persis dengan web based di server sendiri. Bedanya, Anda tidak perlu menyediakan server sendiri. Jadi kelemahan di atas sudah teratasi.
Lalu, apa kelemahan software akuntansi berbasis Cloud?
  1. Sistem pembayarannya sewa. Ini bisa bagus bisa jelek. Bagusnya: Anda tidak perlu invest besar di awal. Jeleknya: Anda perlu bayar selama Anda masih pakai software tersebut.
  2. Database-nya ada di server orang lain. Bila Anda nyaman dengan hal itu, tidak apa-apa. Bila Anda merasa data 'isi perut' perusahaan Anda adalah sangat rahasia, saya khawatir teknologi cloud tidak cocok untuk Anda.
  3. Bila Anda sudah tidak menggunakan software itu lagi, pastikan database-nya bisa di-export keluar sehingga Anda bisa pindahkan ke software yang lain.
Jadi, teknologi mana yang harus Anda pakai?
Yang pasti, jangan pakai lagi yang berbasis DOS. 
Kalau perusahaan Anda hanya ada 1 lokasi, teknologi Windows masih sangat mumpuni.
Bila Anda ada banyak cabang dan ingin terintegrasi, teknologi Web yang lebih cocok. Hanya saja pastikan Anda sudah tahu untung ruginya teknologi ini.

Pertanyaan Ketiga: Berapa Harga Yang Anda Bersedia Bayar?
Ada 3 komponen biaya yang harus Anda bayar saat ingin mulai menggunakan software akuntansi:
  1. Harga software
  2. Biaya implementasi
  3. Biaya maintenance
Bila pertanyaan di atas jawabannya adalah: Saya belum ada budget, saya masih kecil, perusahaan saya belum untung dan jawaban sejenisnya, maka pilihan Anda adalah:
Gunakan software yang gratis. 
Jangan salah. Software gratis belum tentu murahan. Ada banyak software akuntansi yang gratis namun tetap bagus dan cocok untuk Anda gunakan.

Apakah Anda perlu invest di biaya implementasi? Pertanyaan ini baru bisa dijawab bila Anda sudah jawab pertanyaan saya: Apakah Anda pernah implementasi software sebelumnya? Bila jawaban Anda adalah Belum Pernah, maka saran saya, gunakan ahlinya. Setting software akuntansi tidaklah mudah. Anda perlu tahu konsekuensi dari setting Anda akan ke mana saja. Sekali salah setting, laporan Anda akan tersaji dengan keliru.
Bila Anda tidak punya budget untuk bayar implementor, berarti Anda harus luangkan banyak waktu untuk belajar sendiri dan coba-coba sendiri. Ini adalah kompromi antara waktu dan uang.

Terakhir: Apakah Anda perlu bayar biaya maintenance?
Software akuntansi idealnya akan digunakan sepanjang perusahaan Anda masih hidup. Jadi ini bukan sebuah software yang sekali dibeli lalu sudah tidak akan dipakai lagi. Anda harus mencari software yang akan terus dipelihara, baik dari sisi software-nya maupun after sales service-nya.
Karena jasa memerlukan orang untuk melakukannya, dan orang tersebut digaji, maka secara teori, tidak ada jasa yang gratis.
Namun ada beberapa software yang menawarkan biaya maintenance gratis dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Misalnya: Anda akan di-support melalui mailing lis saja.

Terlepas dari apa pun bentuk maitenance-nya, jangan pernah pakai software yang tidak ada maintenance-nya agar software akuntansi Anda bisa terus lancar.

Demikian tulisan dari saya. Semoga bisa membantu Anda dalam menentukan software akuntansi mana yang cocok untuk digunakan di perusahaan Anda.

Ditulis oleh: Mas Agung Sachli (*)
(*) Penulis adalah CEO dari Imamatek.com, perusahaan di balik FINA Accounting Software. Beliau sudah mengembangkan software akuntansi sejak tahun 1998.



Senin, 06 Februari 2017

Hal Yang Perlu Dilakukan Setelah Membeli Software Akuntansi

Artikel ini ditulis untuk membantu Anda yang sedang mencoba melakukan implementasi sebuah software akuntansi di sebuah perusahaan.

Berikut hal-hal yang harus dilakukan setelah membeli sebuah software akuntansi:

  1. Pemetaan kebutuhan vs software
Apabila Anda membeli software akuntansi paket yang sudah mencakup bagian operasional, maka proses selanjutnya setelah pembelian adalah proses implementasi. Proses ini berfungsi untuk memetakan proses bisnis dengan fitur software yang ada.

Setiap proses bisnis akan diterjemahkan menjadi 1 transaksi di software akuntansi. Idealnya adalah semua transaksi akan tercatat di dalam software sehingga akan mempermudah kontrol dan memperkecil faktor kesalahan input. Keberhasilan proses pemetaan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan implementasi software akuntansi di sebuah perusahaan.

  1. Kompromi
Berbahagialah Anda apabila software yang dibeli memang didesain khusus untuk proses bisnis di perusahaan Anda, karena hampir bisa dipastikan pemetaannya akan berhasil 100%. Namun kondisi ideal seperti ini jarang sekali terjadi. Umumnya ada bagian proses bisnis tertentu yang tidak bisa diakomodir oleh fitur yang disediakan oleh software akuntansi Anda.

Alternatif yang Anda miliki antara lain:
  1. Gunakan Software tambahan yang lain
  2. Mencari jalan lain agar software akuntansi yang telah dibeli bisa tetap mengakomodir proses bisnis yang diperlukan.

Kedua alternatif ini sama-sama tidak menyenangkan. Di titik inilah Anda perlu melakukan kompromi. Memang idealnya adalah Anda mencari software yang bisa 100% mengakomodir operasional perusahaan Anda. Namun bila kondisi ideal tidak bisa diraih, tentunya Anda harus sedikit kompromi. Paling tidak masih ada sebagian besar proses yang masih bisa di-input ke dalam sistem.

  1. Cut off
Apabila saat Anda membeli sebuah software akuntansi di kala perusahaan Anda baru akan jalan (belum beroperasi), maka Anda tidak perlu disibukkan dengan proses cut off. Proses Cut off ini perlu dilakukan apabila perusahaan Anda sudah berjalan.

Apa itu proses Cut off?
Proses cut off adalah proses 'Mulai dari baru'. Di proses ini kita harus menentukan 1 tanggal cut off. Semua transaksi sebelum tanggal cut off akan diabaikan dan hanya dikumpulkan sebagai saldo awal. Semua transaksi sejak tanggal cut off hingga tanggal hari ini harus diinput ke dalam sistem.

Perhatikan gambar di atas. Ada beberapa poin yang harus diperhatikan:
  1. Tanggal cut off adalah tanggal yang kita tentukan untuk mulai input data ke dalam software akuntansi.
  2. Tanggal Hari ini adalah tanggal yang sedang berjalan.
  3. Detail Transaksi sebelum tanggal cut off akan diabaikan.
  4. Akumulasi dari transaksi no:3 akan diisi sebagai saldo awal per tanggal cut off – 1.
  5. Transaksi yang sudah masuk antara tanggal cut off dan hari ini harus segera diisi ke dalam software karena setiap hari, transaksi baru akan muncul terus. Semakin cepat transaksi ini selesai di-input ke dalam sistem akan semakin baik.
  6. Sambil jalan, transaksi yang berjalan juga harus di-input ke dalam sistem.

Mohon diperhatikan, tidak semua software akuntansi bisa melakukan input paralel seperti ini. Ada software akuntansi tertentu yang mengharuskan saldo awal dan transaksi lampau di-input dulu. Konsultasikan masalah ini dengan vendor software Anda.

Kenali konsekuensi dari penentuan tanggal cut off ini.
  • Bila tanggal cut off terlalu jauh dari tanggal hari ini
    • Keuntungan: Laporan keuangan yang bisa dihasilkan lebih bisa jauh ke belakang.
    • Kerugian: Perlu banyak waktu untuk input transaksi antara tanggal cut off dan tanggal hari ini, sedangkan transaksi yang sedang berjalan hari ini pun tetap harus diinput.
  • Bila tanggal cut off terlalu dekat dengan tanggal hari ini:
    • Keuntungan: Cepat atau tidak perlu input transaksi antara tanggal cut off dan tanggal hari ini. Hal ini membantu membebaskan waktu dan konsentrasi user hanya untuk input transaksi yang sedang berjalan saja.
    • Kerugian: Anda tidak bisa melihat laporan keuangan sebelum tanggal cut off. Anda bisa melihat laporan keuangan Anda sebelum tanggal cut off di sistem yang Anda gunakan sebelumnya.


  1. Periksa data yang telah diisi
Input data transaksi adalah tantangan terbesar agar software akuntansi bisa menghasilkan informasi yang berguna. Terutama bagi perusahaan yang jumlah transaksinya besar, hal ini harus benar-benar diperhatikan. 

Minta Manager akunting Anda untuk mengecek kebenaran data yang diisi untuk mengurangi celah human error atau kecurangan.
Tidak ada gunanya Anda mendapatkan laporan keuangan dari sebuah software akuntansi bila data yang diisi salah.

Selain memeriksa keakurasian data yang diisi, Anda juga perlu perhitungkan jumlah personil yang diminta untuk input data. 

Cara untuk menghitung kebutuhan user untuk input data kurang lebih sebagai berikut:
  1. Hitung jumlah semua transaksi yang terjadi setiap hari.
  2. Hitung berapa transaksi yang bisa di-input oleh user setiap hari.
  3. Bagikan angka nomor 1 dengan nomor 2. Maka akan didapatkan jumlah user yang Anda butuhkan untuk input data.

Apabila Angka yang muncul lebih besar dari jumlah user yang Anda miliki, silahkan tambah karyawan Anda.

Namun apabila transaksi tersebut merupakan transaksi cut off, ada baiknya Anda pertimbangkan untuk outsource tenaga kerja karena beban kerja tersebut hanyalah temporer saja. Setelah transaksi cut off berhasil dimasukkan, niscaya beban kerja karyawan Anda akan jauh menurun.


Demikian tulisan mengenai hal-hal yang perlu dilakukan setelah membeli software akuntansi. Semoga bisa membantu Anda dalam membeli/mengimplementasikan sebuah software akuntansi di perusahaan Anda.

Ditulis oleh: Mas Agung Sachli (*)

(*) Penulis adalah CEO dari Imamatek Corporation, perusahaan di balik FINA Accounting Software. Beliau telah mengembangkan software akuntansi untuk pasar Indonesia sejak tahun 1998.

Persiapan Agar Software Akuntansi Berjalan Lancar

Membeli software akuntansi barulah langkah awal. Anda bisa membeli sebuah software akuntansi namun hal ini tidak menjamin informasi yang Anda inginkan bisa keluar.

Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu Anda persiapkan, agar implementasi software akuntansi di perusahaan Anda bisa berjalan dengan lancar.

Orang

Kecuali Anda yang ingin melakukannya sendiri, Anda harus memiliki tim yang membantu: Mengisi data ke dalam software, memeriksa data, dan menyajikan laporannya dalam format yang Anda butuhkan.

Tenaga yang dibutuhkan ada beberapa macam, antara lain:
  • Staf admin untuk input data. Umumnya cukup dengan pendidikan setingkat SMK atau D3.
  • Supervisor/Manager akunting yang berfungsi untuk mengontrol data yang telah diisi dan menyajikannya dalam bentuk yang bisa dimengerti oleh Anda.
  • Staf IT adalah orang yang ahli dalam hal Hardware dan jaringan komputer. Fungsinya adalah untuk menjaga agar software akuntansi yang Anda beli bisa selalu berjalan dengan lancar.
Jumlah tenaga kerja ini bervariasi. Umumnya anggota staf admin adalah jumlahnya yang paling banyak karena harus berkembang seiring dengan pertumbuhan customer-nya.

Semua karyawan yang akan terlibat dengan software akuntansi ini, khususnya yang akan menggunakan sehari-hari, perlu dikasih pengertian. Setiap penggantian sistem, baik dari sistem manual maupun dari software yang lain, pasti akan ada perubahan. Oleh sebab itu, perlu ada persiapan mengenai hal-hal apa saja yang akan berubah dalam pengisian data.

Apabila mental user tidak dipersiapkan, tidak menutup kemungkinan software akuntansi yang sudah Anda beli tidak bisa berjalan dengan baik karena user menolak untuk input. Kalau pun digunakan, tidak akan sepenuh hati.

Sekedar informasi, dari pengalaman saya, penyebab utama software akuntansi gagal diimplementasikan di sebuah perusahaan adalah di sisi orang.


Infrastruktur

Infrastruktur apa saja yang perlu Anda persiapkan?
  1. Komputer Client lengkap dengan Operating sistem-nya.
Pastikan Anda memiliki komputer yang sesuai dengan spesifikasi yang diberikan oleh software akuntansi tersebut. Bukan cuma sesuai, belilah juga komputer yang jauh di atas spesifikasi minimum yang direkomendasikan.
Dengan harga yang selalu turun, menggunakan komputer yang lawas bukanlah merupakan penghematan, justru Anda akan rugi karena akan terjadi penurunan produktivitas.

Bila Anda belum memiliki komputer, belilah segera. Pastikan operating system (OS) yang dibeli juga sesuai dengan yang dibutuhkan.

    1. Komputer Server lengkap dengan Operating sistem-nya
Apabila Anda menggunakan software akuntansi yang mendukung fitur multi user dan jumlah user-nya lebih dari 5, ada baiknya Anda siapkan sebuah komputer kelas server dan OS yang mendukung Hardware tersebut.

    1. LAN (Local Area Network)
Apabila Anda berencana menjalankan software akuntansi oleh lebih dari 1 user, maka Anda sudah harus memiliki kabel untuk jaringan komputer. Jaringan ini sering juga disebut dengan Local Area Network (LAN).
LAN memiliki keterbatasan jangkauan sejauh +/- 100 meter dan bisa ditambah menjadi 2 kali lipat dengan menggunakan sebuah alat khusus. Lebih jauh dari pada itu akan membuat LAN sudah tidak efektif lagi. 

Saat ini, walaupun Wifi sudah merupakan teknologi yang lumrah, umumnya Wifi hanya digunakan untuk perangkat yang bergerak. Untuk PC, masih disarankan untuk menggunakan kabel.

Data

Berbahagialah Anda apabila perusahaan Anda baru akan dimulai ketika ingin menggunakan software akuntansi karena tingkat kompleksitasnya jauh lebih rendah. Bagi perusahaan yang telah berjalan, maka ada persiapan tambahan yang harus dilengkapi agar informasi yang disajikan oleh software akunting bisa tepat.

Untuk perusahaan yang sudah berjalan, kita harus menentukan sebuah tanggal mulai. Tanggal ini sering disebut dengan tanggal Cut Off.
Sifat Tanggal Cut off adalah:
  1. Merupakan awal input data transaksi ke dalam software.
  2. Tidak harus sama dengan tanggal mulai menggunakan software akuntansi.
  3. Umumnya dipilih tanggal awal periode (awal bulan atau awal tahun).

Setelah tanggal cut off ditentukan, maka Anda harus mengumpulkan semua data per tanggal Cut off tersebut. Data-data yang harus dikumpulkan antara lain:

  1. Daftar Sales invoice yang outstanding lengkap dengan nilai dan tanggal jatuh tempo.
  2. Daftar Purchase invoice outstanding lengkap dengan nilai dan tanggal jatuh tempo.
  3. Daftar stock lengkap dengan saldonya per gudang (bila ada) .
  4. Daftar akun lengkap dengan saldonya (bila ada).
  5. Daftar aset tetap lengkap dengan nilai pembelian dan umurnya.
Akan sangat membantu apabila data tersebut bisa disimpan dalam format file spreadsheet (Excel) karena dengan format tersebut, ada software akuntansi tertentu yang bisa baca dan import datanya ke dalam software.

Waktu

Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk setup sebuah software akuntansi dari awal hingga stabil adalah antara 1 hingga 3 bulan. Satu bulan bila semua persiapan sudah Anda siapkan dengan baik, 3 bulan adalah bila persiapan Anda kurang matang namun masih tetap serius. Namun bila kompleksitas perusahaan Anda tergolong tinggi, 6 sampai 12 bulan implementasi bukanlah waktu yang mengejutkan.

Kabar buruknya adalah: sering kali implementasi software akuntansi molor hingga waktu yang tidak bisa ditentukan alias tidak pernah beres. Peran di bagian persiapan ini sangat penting sekali untuk menentukan apakah sebuah software bisa sukses diimplementasikan atau tidak.

Jadi, bila Anda ingin melihat informasi yang berguna dari software akuntansi Anda, pastikan Anda mengalokasikan waktu yang cukup serta mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik.

Perhatian

Komitmen Anda untuk keberhasilan implementasi software akuntansi sangatlah penting. Anda harus memberikan minimal perhatian yang cukup atas perkembangan software yang telah Anda beli.


Walaupun Anda mungkin tidak terlalu mengerti tentang akuntansi, ada baiknya Anda berusaha untuk memahami apa yang akan terjadi bila perusahaan Anda telah menggunakan software akuntansi.

Sering kali saya jumpai implementasi software akuntansi di sebuah perusahaan jalan di tempat dikarenakan tidak adanya perhatian dari level management. Mereka tahunya beres. Akibatnya adalah: ada banyak keputusan di tingkat users yang tidak bisa bulat, alias berubah terus. Itu sebabnya butuh perhatian yang tinggi dari management agar bola implementasi bisa tetap bergulir.

Demikian tulisan ini. Semoga bermanfaat bagi Anda yang sedang melakukan persiapan implementasi sebuah software akuntansi.

Ditulis oleh: Mas Agung Sachli (*)

(*) Penulis merupakan CEO dari Imamatek Corporation, perusahan pengembang FINA Accounting Software. Beliau sudah mengembangkan software akuntansi sejak tahun 1998.

Cara Menghitung Cost Inventory Dengan Metode Moving Average

Pada kesempatan ini, saya akan menjelaskan metode perhitungan cost inventory dengan metode moving average. Namun sebelum saya memberikan Anda banyak rumus-rumus (tenang, rumusnya hanya penjumlahan dan pembagian kok. Tidak ada rumus-rumus untuk buat roket), saya ingin berikan dulu model perhitungannya.

Apa itu model? Model adalah representasi dari sebuah kondisi nyata agar mempermudah kita memahami kondisi nyata tersebut. Contoh: Untuk mempelajari bumi, manusia bisa membuat model 3 dimensi dalam bentuk bola yang digambarkan pulau dan lautan di atasnya. Kita juga bisa membuat model 2 dimensi dalam bentuk peta. Mau 2 atau 3 dimensi, fungsinya tetap sama, yaitu menjelaskan tentang obyek yang mereka wakilkan, yaitu BUMI.

Nah, untuk memahami cara perhitungan Moving Average ini, saya akan menggunakan sebuah model sebuah sumbu X sebagai fungsi waktu. Makin ke kanan waktu makin maju, makin ke kiri waktu makin mundur.

Selain fungsi waktu, saya juga ingin memperkenalkan 2 istilah, yaitu CD dan Non CD.
CD merupakan singkatan dari Cost Determined (bukan Celana Dalam). Artinya: transaksi yang akan mengubah/menentukan cost. Semua transaksi yang menambah item merupakan transaksi CD, misal: Pembelian, hasil produksi dan retur penjualan*.

Kebalikan dari CD, transaksi Non CD adalah transaksi yang menggunakan Cost yang sudah ditentukan oleh CD. Semua transaksi yang mengeluarkan barang (mis: Penjualan, job costing, retur pembelian) masuk dalam kategori ini.

Nah, setelah Anda mulai memahami model ini, maka kita akan mulai menghitung cost average pertama.

Skenario pertama adalah: Tanggal 2 Feb Anda membeli barang A sebanyak 10 dengan harga @ Rp. 1.000. Berapa cost average-nya? Tentu saja: Rp. 1.000/buah.
Gambar modelnya adalah sebagai berikut:
Artinya adalah, semua transaksi penjualan yang dilakukan setelah tanggal 2 Feb, Harga Pokok Penjualan (HPP)-nya akan menggunakan nilai Rp. 1.000. Misal, tanggal 3 Feb Anda jual Item A sebanyak 2 buah seperti gambar di bawah. Maka HPP yang akan muncul adalah 2 x 1000.

Lalu, apa yang terjadi bila pada tanggal 5 Feb, Anda membeli barang A lagi sebanyak 10 buah, namun kali ini harganya sudah naik menjadi 1.200?
Setiap kali ada transaksi CD masuk, maka cost average akan dihitung ulang dengan rumus:

Cost Avg new = (Qtyold x Cost Avgold + Qtynew x Costnew) / (Qtyold + Qtynew)

Tenang, jangan panik dulu. Mari saya jelaskan apa arti dari masing-masing bagian ini:

  • Cost Avg new   : Cost Average baru hasil perhitungan. Semua transaksi Non CD yang terjadi setelah titik ini harus menggunakan cost ini.
  • Qtyold : Adalah quantity persis sebelum transaksi CD yang baru masuk
  • Cost Avgold : Adalah cost average yang berlaku persis sebelum transaksi CD yang baru masuk
  • Qtynew : adalah quantity dari transaksi CD baru
  • Costnew : adalah cost dari transaksi CD yang baru
Dengan skenario di atas, maka Cost Avg yang baru = (8 x 1.000 + 10 x 1.200) / (8 + 10) = 1.111,11.

Jadi, kalau tanggal 6 Feb ada penjualan 3 buah Item A, maka HPP-nya akan menjadi 3xRp.1.111,11 seperti ilustrasi di bawah:
Dan proses ini berlanjut untuk seterusnya.

Untuk sistem perpetual, Anda harus hitung cost average ini setiap kali ada transaksi CD yang masuk dan hitung Cost average yang berlaku setiap transaksi Non CD masuk. Tentunya hal ini akan sangat merepotkan, apalagi bila jumlah transaksi Anda sangat banyak.

Situasi ini akan diperumit bila Anda tidak mengisi transaksi sesuai dengan urutan kejadian.
Sebagai contoh: melanjutkan skenario di atas, ternyata di tanggal 1 Feb ada 1 pembelian item A yang lupa diisi sebanyak 5 buah seharga 900.
Saat Anda isi transaksi tersebut pada kondisi di atas, tentunya semua cost average yang sudah dihitung menjadi salah dan harus dihitung ulang.
Hasil perhitungan ulangnya akan menjadi seperti ini:

Bisa Anda lihat bahwa cost average-nya berubah-ubah sesuai dengan masuknya transaksi CD. Itu sebabnya metode ini disebut dengan Moving Average.

Setelah melihat dan memahami cara perhitungan costing average ini, apakah Anda masih berpikir untuk menghitungnya secara manual?
Saat ini, sudah ada banyak software akuntansi yang mampu melakukan perhitungan cost average ini secara otomatis. Jadi Anda sudah tidak perlu hitung manual lagi satu per satu.

Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda.



Catatan:
* Retur penjualan merupakan kasus yang unik. Walaupun dia merupakan transaksi masuk barang, namun cost-nya diambil dari HPP saat penjualan. Jadi sebetulnya transaksi ini tidak murni CD.

Ditulis oleh:
Mas Agung Sachli
CEO Imamatek.com

Penulis sudah berpengalaman mengembangkan software akuntansi sejak tahun 1998. Software akuntansi terakhir yang dikembangkan oleh beliau adalah FINA Accounting Software.

Minggu, 05 Februari 2017

Daftar Software Akuntansi Yang Ada di Indonesia


Artikel ini merupakan salinan dari sachlionbusiness.blogspot.com yang ditulis oleh penulis yang sama.

Saya mengerti bahwa proses mencari software akuntansi untuk bisnis Anda merupakan pekerjaan yang sangat sulit. Mengapa? Karena tidak ada toko, seperti toko buku, yang memajang semua jenis buku yang bisa Anda pilih sebelum Anda beli.

Anda harus cari-cari sendiri. Panggil vendor untuk datang, ceritakan kebutuhan Anda, lalu menunggu proposal dari vendor.

Nah, melalui artikel ini, saya mencoba mendaftarkan semua software akuntansi yang ada di Indonesia. Saya hanya akan mendaftarkan produk yang asli made in Indonesia. Produk import tidak akan didaftarkan.

Pada artikel ini saya tidak akan membandingkan 1 per 1.
Berikut kriteria saya membuat daftar ini:

  1. Software akuntansi tersebut harus mempunyai merek dan produk yang jelas. Bukan customisasi / tailor made.
  2. Urutan software berdasarkan abjad dari brand software tersebut, jadi bukan berdasarkan tingkat popularitas. 
  3. Link yang diberikan adalah benar pada saat artikel ini dibuat. Namun saya tidak menjamin link tersebut tetap akan benar di waktu yang akan datang. Bila ada link yang putus, mohon kabari saya.
  4. Harus asli buatan Indonesia. Bukan produk import.
  5. Software yang dikembangankan adalah software akuntansi, bukan software lain seperti: payroll, restoran, POS, dll. Mungkin masing-masing vendor mempunyai varian produk yang lain. Namun yang akan didaftarkan hanya software akuntansinya saja.
  6. Perusahaannya mempunyai domain yang jelas, bukan menggunakan domain gratisan.


Bila Anda adalah vendor software akuntansi asli Indonesia dan ingin produk Anda masuk ke mari, silakan hubungi saya di: agungsachli et gmail.com.


  1. Abipro: www.abipro.co.id
  2. Accurate: www.cpssoft.com
  3. Acosys: www.acosys.co.id
  4. Bee: www.beeaccounting.com
  5. Corsus: www.corsus.net
  6. EAS: www.easyaccountingsystem.co.id
  7. FINA: www.imamatek.com
  8. IS: www.is.co.id
  9. K-System: www.ksystem.info
  10. MAS: www.mas-software.com
  11. Omega: www.omegaakuntansi.com
  12. SisKA: www.kliksiska.com
  13. Zahir: www.zahiraccounting.com
Mana software akuntansi yang terbaik untuk Anda? Silakan cari mana yang paling cocok.
Bila Anda ingin melihat perbandingannya, silakan lihat di sini.
Semoga daftar di atas bermanfaat bagi Anda sebagai basis awal untuk mencari software akuntansi buatan Indonesia yang terbaik untuk bisnis Anda.

Ditulis oleh: Mas Agung Sachli, direktur imamatek.com yang sudah mengembangkan software akuntansi sejak tahun 1998. Produk yang dikembangkannya saat ini adalah FINA accounting software.