Selasa, 07 Februari 2017

Menghitung Cost Inventory dengan Metode FIFO

Tulisan ini akan menjelaskan mengenai cara perhitungan cost inventory dengan menggunakan metode First In First Out (FIFO).

Sama seperti artikel saya sebelumnya yang menjelaskan mengenai cara perhitungan metode Average, saya akan memulai penjelasan saya dengan memaparkan model perhitungannya. Berbeda dengan model perhitungan Average yang merupakan fungsi waktu, saya menggunakan model balok untuk metode FIFO.

Bayangkan ada 2 buah rak yang disusun paralel atas-bawah. Rak di atas adalah untuk menampung transaksi CD (penjelasan transaksi CD ada di artikel saya tentang average) dan rak di bawah untuk menampung transaksi NCD.

Dua garis horizontal ini bukan merupakan fungsi waktu, tapi merupakan susunan urutan masuknya transaksi.

Sebagai ilustrasi, skenario pertama: Anda beli item A di tanggal 2 Feb sejumlah 10 buah dengan harga masing-masing Rp.1.000.
Model-nya akan menjadi seperti ini:

Karena pembelian adalah transaksi CD, maka kita letakkan di rak atas. Panjang dari balok itu adalah 10 satuan, yaitu sesuai dengan kuantitas barang yang dibeli.

Bila di tanggal 5 Feb, Anda beli lagi Item A sebanyak 8 buah dengan harga masing-masing Rp.1.200, maka Anda tinggal gambar sebuah balok lagi dengan panjang 8 satuan seperti berikut ini:
Posisi balok itu harus ditempatkan persis sesudah balok pertama. Demikian seterusnya untuk transaksi CD yang lain.

Sekarang kita masuk ke transaksi NCD. Bila tanggal 7 Feb Anda jual Item A sebanyak 11 buah, berapa cost-nya? Sebelum kita hitung cost-nya, lebih baik kita gambarkan dulu model-nya seperti ini:

Perhatikan, Balok NCD panjangnya adalah 11 satuan dan sisi kirinya harus sama dengan balok CD pertama. Dari situ kita bisa melihat bahwa 10 panjang pertama akan dapat cost 1.000 dan 1 panjang sisanya akan kena cost 1.200.
Dengan kata lain, HPP dari penjualan item A sebanyak 11 buah adalah Rp. 11.200.

Mudah bukan?

Persoalannya tidak sesederhana itu. Sering kali saya dapati data terlambat masuk. Bayangkan situasinya seperti ini. Beberapa saat setelah transaksi di atas dicatat, baru diketahui ternyata ada 2 transaksi yang ketinggalan di bulan lalu, yaitu:

  1. Tanggal 20 Jan ada pembelian Item A sebanyak 3 buah seharga Rp.1.100
  2. Tanggal 22 Jan ada penjualan Item A sebanyak 2 buah
Apa yang harus Anda lakukan? Mudah sekali. Anda tinggal menambah 1 balok sepanjang 3 satuan di rak CD dan 1 balok sepanjang 2 satuan di rak NCD.
Gambarnya menjadi sebagai berikut:

Semua balok yang diselip akan bergeser sepanjang balok tersebut. Perhatikan bahwa HPP untuk penjualan di tanggal 7 Feb akan berubah karena posisi baloknya juga berubah.
Proses ini di software dinamakan recalculate.

Bila Anda menggunakan metode FIFO untuk pencatatan inventory Anda dan sering input transaksi tidak sesuai dengan urutan kejadiannya, pastikan software akuntansi Anda bisa melakukan proses recalculate agar perhitungan HPP-nya tetap betul.

Demikian penjelasan saya mengenai cara perhitungan cost inventory dengan metode FIFO. Semoga bermanfaat.

Bagi yang lebih suka menonton video, silakan tonton video di bawah ini:



Ditulis oleh: Mas Agung Sachli (*)
(*) Penulis adalah CEO dari Imamatek, perusahaan di balik FINA Accounting Software. Beliau sudah mengembangkan software akuntansi sejak tahun 1998.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar